composed by Indonesian artist lives in the USA, Moonear...
thanks for letting me to put your poems here
Biar kutimang hatimu dengan sederhanakuJangan kau pinta, yang aku tak mampu
Karna takkan kugadai jiwaku pada hal hal yang semu
Biarlah dalam sahaja ini kita bertumpu
Tidaklah tetangga sini situ yang buat kita ragu
Di sederhanamu aku bertumpu
Agar aku mampu menerjang karang
Disahajamu kutemukan manikam.
Yang kutahu senyummu luruhkan dahaga
Hingga aku tegak berdiri menyapa hari'Kan kubawa pulang sejatinya peluh
Yang kuraih dengan kepak bahuku sendiri
Janjiku, tidaklah kupersembahkan buatmu
Sesuatu yang bukan miliku
Tidaklah anak kita 'kan tersuapi dengan itu
Kuingin anakku tumbuh dari akar sahaja iniKu tak punya mantra mantra ‘tuk yakinkan dirimu
Agar engkau mengerti atas apa yang kurasa
Namun bisakah kita saling pelajari kitab kitab bilah hati
Dan berbagi hanggara kasih, penuh cinta dan damaiDipundak hatiku kau biasa bersandarDilembut hatimu biarkan kulepas dahaga
Berdua kita selami jelaga hati, segelap apapun.
Berdua kita taburkan pelangi jiwa, seindah lukisan alamKemarilah, disinilah... bersama segala apa adamu
Kita redam segala amarah, mari kita genggam nubuat hati
Mari kayuh bersama Biduk cinta ini
Sampai cakrawala tak terpandang lagi
Sampai garis hidup tak terbaca lagi…
thanks for letting me to put your poems here
-----
Bila kata kata… sudah tiada lagi bermakna
Bila semua kalimah… yang terucap dari jiwa
Sudah tiada lagi berarti bagimu
Lalu kenapa masih saja,
Kembali berdua kita rebah bulat
Bagaikan bayi, penuh rinai tawa, dan menagis lagi berdua
Dipelataran jiwa dan di hamparan hatilagi dan lagi….dan lagi
Jangan lagi ada amarahJangan lagi ada sangsi dan gundah
Karna kuyakin engkau bahagian belah jiwaku
Jangan ragu, letakkan gumpal hatiku digarba jiwamu
Bila semua kalimah… yang terucap dari jiwa
Sudah tiada lagi berarti bagimu
Lalu kenapa masih saja,
Kembali berdua kita rebah bulat
Bagaikan bayi, penuh rinai tawa, dan menagis lagi berdua
Dipelataran jiwa dan di hamparan hatilagi dan lagi….dan lagi
Jangan lagi ada amarahJangan lagi ada sangsi dan gundah
Karna kuyakin engkau bahagian belah jiwaku
Jangan ragu, letakkan gumpal hatiku digarba jiwamu
Biar kutimang hatimu dengan sederhanakuJangan kau pinta, yang aku tak mampu
Karna takkan kugadai jiwaku pada hal hal yang semu
Biarlah dalam sahaja ini kita bertumpu
Tidaklah tetangga sini situ yang buat kita ragu
Di sederhanamu aku bertumpu
Agar aku mampu menerjang karang
Disahajamu kutemukan manikam.
Yang kutahu senyummu luruhkan dahaga
Hingga aku tegak berdiri menyapa hari'Kan kubawa pulang sejatinya peluh
Yang kuraih dengan kepak bahuku sendiri
Janjiku, tidaklah kupersembahkan buatmu
Sesuatu yang bukan miliku
Tidaklah anak kita 'kan tersuapi dengan itu
Kuingin anakku tumbuh dari akar sahaja iniKu tak punya mantra mantra ‘tuk yakinkan dirimu
Agar engkau mengerti atas apa yang kurasa
Namun bisakah kita saling pelajari kitab kitab bilah hati
Dan berbagi hanggara kasih, penuh cinta dan damaiDipundak hatiku kau biasa bersandarDilembut hatimu biarkan kulepas dahaga
Berdua kita selami jelaga hati, segelap apapun.
Berdua kita taburkan pelangi jiwa, seindah lukisan alamKemarilah, disinilah... bersama segala apa adamu
Kita redam segala amarah, mari kita genggam nubuat hati
Mari kayuh bersama Biduk cinta ini
Sampai cakrawala tak terpandang lagi
Sampai garis hidup tak terbaca lagi…
-----
Revisi dari puisi empat tahun lalu.
Bulan Sepuluh Tiga Satu Dua Ribu Tujuh.
Pukul Tiga Dini Hari.Powderhorn Neighborhood,
Belahan Bhumi Sisi Selatan Minneapolis
Bulan Sepuluh Tiga Satu Dua Ribu Tujuh.
Pukul Tiga Dini Hari.Powderhorn Neighborhood,
Belahan Bhumi Sisi Selatan Minneapolis
- moonear -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar